140 Tahun Perjalanan Kota Siantar

Selasa, 06 Maret 2012


Kota Pematang Siantar menjadi salah satu kotamadya yang memiliki banyak objek wisata seni dan budaya. Kota ini juga memiliki bangunan-bangunan bersejarah. Selain seni dan budaya, di kota ini juga terdapat kawasan wisata kuliner yang menawarkan beragam makanan yang enak dan lezat.
Perjalanan sejarah Pematang Siantar cukup panjang. Sebelum proklamasi kemerdekaan, kota ini merupakan daerah kerajaan Siantar yang berkedudukan di Pulau Holing. Rajanya
yang terakhir dari keturunan marga Damanik, yaitu Tuan Sangnawaluh Damanik, yang memegang kekuasaan hingga tahun 1906.
Di sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi empat perkampungan, yaitu: Kampung Suhi Haluan, Siantar Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematang Siantar, yaitu: Pulau Holing menjadi Kampung Pematang; Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota; Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu, Martoba, Sukadame, dan Bane; Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba, dan Martimbang.
Setelah Belanda memamusuki daerah Sumatera Utara, Simalungun menjadi daerah kekuasaan Belanda. Sehingga, berakhirlah kekuasaan raja-raja di daerah ini
pada tahun 1907. Controleur Belanda yang semula berkedudukan di perdagangan pada tahun 1907, dipindahkan ke Pematang Siantar. Sejak itu, daerah ini berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru, di antaranya etnis Tionghoa yang mendiami kawasan Tiombang Galung dan Kampung Melayu.
Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematang Siantar. Kemudian, tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan No.285, Pematang Siantar berubah menjadi yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939, berdasarkan No.717, berubah lagi menjadi yang mempunyai Dewan. Pada zaman Jepang, berubah menjadi Siantar Estate dan Dewan dihapus. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Pematang Siantar kembali menjadi daerah otonomi. Berdasarkan UU No.22/1948, status menjadi kota Kabupaten Simalungun. Hingga tahun 1957, walikotanya dirangkap oleh bupati Simalungun.
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1957, Pematang Siantar berubah menjadi Kota Praja Penuh. Kemudian, berdasarkan UU No.18 Tahun 1965 berubah menjadi Kotamadya. Lalu, berdasarkan UU No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah Daerah, berubah menjadi Daerah Tingkat II Pematang Siantar sampai sekarang.
Letak Pematang Siantar sangat strategis. Daerah ini dilintasi Jalan Raya Lintas Sumatera. Luas wilayahnya mencapai 79,97 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 240.787 jiwa (sensus tahun 2000). Kota ini berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat. Sehingga, Pematang Siantar sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Di Pematang Siantar terdapat delapan hotel berbintang, 10 hotel melati, dan 268 restoran. Di kota ini juga masih banyak terdapat becak motor (betor) merek BSA.

Wakil Presiden RI yang ke-3, Adam Malik, lahir di kota ini pada 22 Juli 1917. Kota ini pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993 atas kebersihan dan kelestarian lingkungannya. Kota ini juga pernah meraih penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha pada tahun 1996 berkat pengaturan lalu lintasnya yang tertib. Kota Pematang Siantar terdiri dari delapan kecamatan: Siantar Barat, Siantar Marihat, Siantar Martoba, Siantar Selatan, Siantar Timur, Siantar Utara, Siantar Marimbun, dan Siantar Sitalasari.
Selain perjalanan dengan menggunakan mobil pribadi atau taksi, kota ini juga bisa dijangkau dengan menaiki Kereta Api (KA) Siantar Ekspress, yakni satu rangkaian KA penumpang kelas ekonomi (K3) yang menghubungkan Kota Medan dengan Kota Pematang Siantar dengan jarak tempuh sekitar 127 km via Lubuk Pakam dan Tebing Tinggi. Kereta api merupakan transportasi primadona bagi warga Siantar yang ingin melakukan perjalanan ke Medan.

Ulang Tahun Siantar
Di kota ini terdapat tanah lapang bernama H. Adam Malik Pematang Siantar. Di tempat inilah diadakan berbagai macam peringatan hari-hari besar. Atau menjadi tempat orang berkumpul untuk kegiatan-kegiatan formal maupun sekadar kegiatan biasa seperti tempat upacara, pesta kembang api, salat Idul Fitri, konser band, , pameran, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Untuk memperingati hari ulang tahun ke-140 Kota Pematang Siantar, misalnya, pemerintah setempat mengadakan Lomba Burung Berkicau Walikota Cup yang diikuti peserta dari berbagai daerah, di antaranya dari Medan, Aceh, Riau, Padang, Tapsel, serta Siantar.
Di pinggir lapangan terdapat Rumah Bolon untuk tempat berkumpulnya tamu-tamu penting pada saat upacara atau peringatan hari-hari besar. Tak jauh dari lapangan ini, ada Taman Hewan Pematang Siantar yang memiliki ratusan koleksi flora dan fauna dari dalam negeri maupun luar negeri. Taman Hewan ini ramai dikunjungi wisatawan lokal pada momen hari-hari besar dan hari libur sekolah.
Di sektor pariwisata, posisi Kota Pematang Siantar dikelilingi oleh Kabupaten Simalungun dengan tujuan wisata Parapat, Samosir, Haranggaol, serta perkebunan teh, karet, dan kelapa sawit (agrowisata). Pematang Siantar merupakan kota penghubung ke wilayah utara (Medan dan Banda Aceh), ke wilayah timur (Tanjung Balai dan Kisaran), ke wilayah selatan (Sibolga dan Padang Sidempuan), serta ke wilayah barat (Kabanjahe dan Kutacane).

Sentra Makanan
Kota Pematang Siantar juga menjadi Pusat Kebudayaan Suku Batak Simalungun. Tak jauh dari lapangan Adam Malik, tepatnya di samping Gereja GKPS Pematang Siantar, terdapat Museum Simalungun. Selain itu, ada juga kawasan wisata rohani seperti Vihara Avalokitesvara. Vihara ini sangat terkenal karena memiliki koleksi patung yang benar-benar oriental. Vihara Avalokitesvara juga sering disebut sebagai Vihara Dewi Welas Asih. Di vihara tersebut terdapat patung Avalokitesvara, yang juga dikenal dengan Dewi Kwan Im (Guan Yin). Patung setinggi 22,8 meter yang terbuat dari batu granit ini memang memesona. Selain patung, komplek vihara ini juga tertata apik.
Setelah menikmati sejarah Kota Pematang Siantar, Anda juga bisa menggoyang lidah dengan beragam citarasa wisata kulinernya. Ada burung goreng beringin di dekat perbatasan Medan–Siantar, dan mi pangsit yang terkenal di simpang empat. Ada juga mi goyang, mi ayam, serta santapan halal dan nonhalal lainnya. Sebenarnya, banyak sentra makanan di Pematang Siantar. Ada Pujasera di dekat Hotel Siantar, Siantar Square, Jalan Dr. Cipto, Jalan Bandung, Simpang Dua, serta kawasan lainnya.
Salah satu jajanan dan buah tangan dari kota ini yang terkenal dengan selai srikayanya adalah Roti Ganda, Asli, dan Paten. Untuk tempat kongkow-kongkow dengan teman atau reuni kaum perantauan, ada kedai kopi Kok Tong yang paling terkenal di Siantar. Selain itu, ada juga Kedai Kopi Sedap di Jalan Sutomo.
Bagi Anda yang hobi berbelanja atau sekadar makan , di kota ini ada Ramayana, Suzuya, Siantar Plaza, dan Kentucky Fried Chicken (KFC). Memasuki usianya yang ke-140 tahun, Kota Pematang Siantar terus berbenah.
Seperti disampaikan Walikota Pematang Siantar, Hulman Sitorus, SE, semua elemen masyarakat harus bergandeng tangan dalam membangun Kota Siantar yang bersih, nyaman, dan aman untuk warganya, terlebih kepada wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan Kota Pematang Siantar. (jp pardede)



TOKOH-TOKOH DARI PEMATANG SIANTAR
* Adam Malik, Wakil Presiden Republik Indonesia
* Dick Sudirman, tokoh bulu tangkis Indonesia
* Lo Lieh, bintang film laga Hong Kong
* Syamsul Anwar Harahap, petinju Indonesia
* Rudy Kousbroek, penulis dan esais Belanda

sumber
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !


 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Siantar info - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger